Mungkin sebagian
pembaca akan mencerca atas logika berfikir saya yang aneh ini. Bahkan bisa jadi
menuduh saya sesat. Orang saya berfikir diluar cara orang pada umumnya (Think
out of the box). Tetapi tidak sedikit orang yang setuju dengan apa yang saya ungkapkan
ini. Saya pun sering membahas masalah ini dengan orang-orang tertentu yang saya
anggap tidak akan sesat hanya dengan berdiskusi. Mari kita ikuti logika ini
dengan penuh kehati-hatian. Ingat, jagalah iman dan ketakwaan kepada Allah Swt
dalam segala kondisi.
Saya menyajikan sebentuk skenario Allah betapa memang film yang dibuat oleh-Nya harus jadi. Film itu sangat kolosal, mencatut Iblis dan kita sebagai pemerannya. Kita sebagai pemeran utama atau bisa dibahasakan sebagai lakon, sedangkan Iblis dan sekutunya sebagai pemeran antagonis. Kita harus patuh pada naskah, dan tidak boleh melanggarnya. Di sini saya hanya menyuguhkan tiga skenario yang bisa dijadikan pembaca sebagai tema untuk berfikir tentang kita dan segala macam rencana baik Allah untuk umat-Nya.
1. Skenario pertama, Iblis lengser
Jauh sebelum Adam diciptakan, seorang jin hidup bersama malaikat yang bernama Azazil atau Lucifer. Ia selama itu telah menjadi pemimpin bagi para malaikat. Entah memang diperintah atau ia yang merasa menjadi pemimpin, Wallahu a’lam
Saat itulah kekhalifahan alam untuk sementara dipegang olehnya. Ini berdasarkan yang bisa saya tangkap dari alur itu. Kecuali pembaca memiliki referensi yang lebih OK tentang khalifah saat itu, boleh memperkaya buku ini.
Hingga datang perintah Allah Swt yang berbunyi ‘wa idz qaala rabbuka lil malaikati inni ja’ilun fil ardhi khalifah’, tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya aku akan menciptakan khalifah di muka bumi. Tentu saja Azazil yang sudah mapan dalam pemerintahannya kemudian protes. ‘kalau ada pemimpin lain selain aku, lha terus aku mau dikemanain? Aku mau dijadikan apa? Demikian kira-kira statemennya.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs Al Baqarah : 30)
Dalam persepsi saya, Azazil yang tadinya sebagai pemimpin adalah orang yang paling taat kepada Allah Swt. Malaikat pun tahu bahwa Azazil memang mendapatkan perlakuan lebih dari Allah. Nah, mungkin ia akan diberikan tugas yang lebih berat dari sebelumnya. Semuanya tentu saja demi berjalannya skenario Allah untuk makhluknya yang bernama jin dan manusia. Disini diperintahkan kepada Azazil yang kemudian berganti nama menjadi Iblis untuk menjadi makhluk yang berperan antagonis. Ada pendapat lain?
Disini saya ingin mengajak diri saya sendiri dan pembaca untuk tidak mudah menyalahkan orang lain setelah menyelesaikan membaca buku ini. Dengan bercermin kepada Iblis, insya Allah kita bisa semakin memperdalam iman kepada Allah Swt.
Intinya Allah memiliki skenario yang harus dan harus terjadi. Allah membuat film maha kolosal yang harus jadi. Dan hal ini tidak bisa dihalangi oleh siapun jua. Jadi Allah menciptakan manusia sebagai pemegang jubah kekhalifahan di muka bumi ini. Tetapi apakah benar Adam As menggantikan Azazil yang lengser? Wallahu a’lam bishawab. Hanya Allah yang tahu.
2. Skenario kedua, Iblis tidak ingin menyembah selain Allah
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs Al baqarah : 31-32)
Disini kalau boleh menilai, sebenarnya Allah curang. Bagaimana yang lain (para malaikat) bisa tahu nama-nama benda itu kalau yang diajari hanya Adam dan yang lain tidak?. Ya tentu saja Adam yang jagoan dan kelihatan paling cerdas. Tetapi apapun permainannya ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini. Pertama, Allah Maha Berkehendak sehingga ketika iradah-Nya dilancarkan, tak akan ada yang bisa menghalanginya. ‘Idza ara syaian an yaqula lahu kun fayakun’ , Apabila menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata jadilah, maka jadilah. Kedua, Allah memiliki rencana yang saya sebut dengan skenario itu, yang harus terlaksana. Apabila tidak, maka kacaulah semuanya. Dan ini sangat tidak mungkin. Ketiga, Allah telah memilih umatnya untuk peran-peran sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Semuanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya dari golongan Manusia dan Jin. Keempat, Allah ingin membuktikan bahwa Dia menciptakan mati dan hidup ini memang untuk ujian. Siapakah yang paling baik amalnya (Al Mulk : 2). Kelima, Allah ingin menunjukkan kekuasaannya yang tak terbatas. Sehingga jin dan manusia sebagai obyek dari ketentuannya harus patuh dan berterima kasih kapada-Nya.
Untuk meyakinkan tentang kebenaran argumentasi saya ini, berikut dipaparkan ayat lanjutan dari peristiwa dipilihnya Adam sebagai khalifah yang kemudian berdampak pada pemberian stempel ‘laknat bagi Iblis’. Allah memiliki rencana agar bumi yang telah diciptakan akan segera bisa dihuni dan permainan segera dimulai.
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (33), Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Qs Al Baqarah 33 dan 34).
Di lain kesempatan lalu Adam As menegor Iblis yang tidak mau bersujud kepadanya. Iblis pun menjawab bahwa dirinya hanya menyembah kepada Allah Azza Wa Jala dan tidak mungkin menyembah kepada selain Allah. Apapun alasannya, sepertinya yang dikatakan Iblis mendekati kebenaran. ‘Ia hanya bersujud dan menyembah kepada Allah Swt’. Kata sujud baginya bukan penghargaan, tetapi penyembahan kepada selain Tuhannya, Allah. Dari obrolan dengan Rasulullah Saw pun kita bisa menilai betapa Iblis sebenarnya makhluk yang sangat taat kepada perintah Allah Swt. Saya tidak perlu berfikir apa latar belakang dan tendensi dari Iblis dalam mematuhi perintah Allah itu, tetapi kenyataannya Dia memang sangat taat kepada perintah Allah yang Maha Mulia. Lagian Iblis tidak diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Adam. Bukankah yang diperintah hanyalah para malaikat? Sedangkan Iblis bukanlah malaikat, karena ia dari golongan jin.
Kalau tidak, mengapa Ia yang ahli strategi mau membuka semua rahasianya kepada musuhnya?. Jadi skenario kedua adalah bahwa Iblis tidak mau menyembah kepada selain Allah agar sandiwara Allah berjalan.
3. Skenario Ketiga, Adam As harus mengembangkan keturunan di bumi
Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim (35). Lalu keduanya digelincirkan oleh seitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Qs Al Baqarah : 35-36)
Pembaca, Nabi Adam As dan Siti Hawa istrinya oleh Allah diizinkan untuk berbuat semaunya yang mungkin termasuk nungging, berlarian atau apa saja, kecuali memakan buah ‘Khuldi’. Disisi lain nampaknya Allah juga menagih kesediaan Iblis untuk memeperlancar skenario yang telah ditetapkan-Nya. “Iblis, Kamu sudah tahu apa yang harus Kamu lakukan?,” demikian kira-kira pertanyaan Allah kepada Iblis. Sebagai hamba yang taat Iblis mengiayakannya, sami’na wa atha’na
Bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin beratus-ratus tahun Iblis tidak mampu memperdaya Adam untuk melanggar aturan dari Allah tadi. Berbagai cara telah ditempuhnya. Apapun sudah dilakukan agar Adam dan Hawa mau memakan buah Khuldi itu. Tetapi hasilnya nihil, sampai kemudian Iblis melaporkan kepada Allah tentang kegagalannya itu. Isu keabadianlah yang kemudian diajarkan Allah kepada Iblis untuk merayu Adam. Disini rupanya skenario Allah mulai bergerak. Abadi membuatnya sebagai manusia sangat ingin mendapatkannya, sehingga tanpa disadari Adam dan Hawa telah melanggar larangan Allah memakan buah Khuldi. Diusirlah mereka dengan dipisahkan dalam jarak yang sangat jauh.
Pembaca, menurut yang saya dengar dari beberapa guru saya, bahwa di surga tidak ada kehamilan dan melahirkan. Seandainya Iblis tidak berhasil membujuk Adam dalam melanggar ketentuan-Nya, dan Adam tidak memakan buah Khuldi itu, pertanyaan saya “Apakah kita akan ada di dunia ini? Apakah Muslih, SBY atau siapa saja akan ada di dunia ini? Apakah sekenario Allah akan jalan? Silakan dijawab sendiri. Saya yakin tidak mungkin. Karena surga adalah tempat bersenang-senang dan ganjaran atas ketaatan makhluk kepada Tuhannya.
Jadi skenario ketiga, Iblis harus berhasil dalam membujuk Adam. Kalau tidak berhasil resikonya, proses pembuatan film kolosal Allah macet. Kehidupan di bumi hampa karena Adam dan anak cucunya tak kunjung datang. Bisa jadi Iblis mendapat murka dari Allah Swt hehehehe… Menurut pembaca gimana?
4. Burung Meraknya Malaikat
Ini tentang Iblis dan latar belakang jatidirinya yang sebenarnya. Sebagaimana sedikit diurai di depan, sebelum Allah Swt menciptakan Adam As, makhluk Allah yang memakmurkan bumi-Nya ini adalah bangsa jin. Akan tetapi, karena mereka senantiasa melakukan perbuatan durhaka, bersifat kufur dan fasik, maka Allah ingin membersihkan serta mensucikan kembali bumi-Nya, dari mereka (para jin) dan tidak menyisahkan satu pun dari mereka.
Namun para malaikat yang bertugas mengitari bumi memohon syafaat kepada Allah bagi salah satu jin yang bernama ‘Azazil. Mereka berkata bahwa ‘Azazil tidak pernah berbuat kufur sebagaimana jin yang lain. Bahkan ia menyembah Allah dengan ikhlas’.
Kemudian Allah yang Maha Mengetahui tentang bumi, apa dan siapa saja yang pantas (layak) berada didalamnya, memerintahkan kepada para malaikat mengangkat ‘Azazil untuk hidup ditengah-tengah mereka. Maka sejak itulah hiduplah ‘Azazil diantara para malaikat. Namun dia sempat menyombongkan diri pada mereka dengan ilmu dan ibadahnya.
Para malaikat menyembah Allah Ta’ala sesuai dengan kodrat ciptaan-Nya, dan mereka tidak mengetahui apa pun, kecuali apa yang telah diajarkan Allah kepada mereka. Sedangkan ‘Azazil, ia adalah mukallaf (yang dibebani dengan hukum) dan menyembah Allah atas dasar kesadaran untuk berbuat taat kepada-Nya. Ia pun mengetahui ilmu-ilmu yang juga diketahui oleh makhluk Allah lainnya yang berketurunan serta berkembang biak melalui perkawinan, nafsu syahwat, percintaan dan sebagainya. Oleh sebab itu, maka ‘Azazil mendapat sebutan “(burung) meraknya malaikat”.
Saya menyajikan sebentuk skenario Allah betapa memang film yang dibuat oleh-Nya harus jadi. Film itu sangat kolosal, mencatut Iblis dan kita sebagai pemerannya. Kita sebagai pemeran utama atau bisa dibahasakan sebagai lakon, sedangkan Iblis dan sekutunya sebagai pemeran antagonis. Kita harus patuh pada naskah, dan tidak boleh melanggarnya. Di sini saya hanya menyuguhkan tiga skenario yang bisa dijadikan pembaca sebagai tema untuk berfikir tentang kita dan segala macam rencana baik Allah untuk umat-Nya.
1. Skenario pertama, Iblis lengser
Jauh sebelum Adam diciptakan, seorang jin hidup bersama malaikat yang bernama Azazil atau Lucifer. Ia selama itu telah menjadi pemimpin bagi para malaikat. Entah memang diperintah atau ia yang merasa menjadi pemimpin, Wallahu a’lam
Saat itulah kekhalifahan alam untuk sementara dipegang olehnya. Ini berdasarkan yang bisa saya tangkap dari alur itu. Kecuali pembaca memiliki referensi yang lebih OK tentang khalifah saat itu, boleh memperkaya buku ini.
Hingga datang perintah Allah Swt yang berbunyi ‘wa idz qaala rabbuka lil malaikati inni ja’ilun fil ardhi khalifah’, tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya aku akan menciptakan khalifah di muka bumi. Tentu saja Azazil yang sudah mapan dalam pemerintahannya kemudian protes. ‘kalau ada pemimpin lain selain aku, lha terus aku mau dikemanain? Aku mau dijadikan apa? Demikian kira-kira statemennya.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs Al Baqarah : 30)
Dalam persepsi saya, Azazil yang tadinya sebagai pemimpin adalah orang yang paling taat kepada Allah Swt. Malaikat pun tahu bahwa Azazil memang mendapatkan perlakuan lebih dari Allah. Nah, mungkin ia akan diberikan tugas yang lebih berat dari sebelumnya. Semuanya tentu saja demi berjalannya skenario Allah untuk makhluknya yang bernama jin dan manusia. Disini diperintahkan kepada Azazil yang kemudian berganti nama menjadi Iblis untuk menjadi makhluk yang berperan antagonis. Ada pendapat lain?
Disini saya ingin mengajak diri saya sendiri dan pembaca untuk tidak mudah menyalahkan orang lain setelah menyelesaikan membaca buku ini. Dengan bercermin kepada Iblis, insya Allah kita bisa semakin memperdalam iman kepada Allah Swt.
Intinya Allah memiliki skenario yang harus dan harus terjadi. Allah membuat film maha kolosal yang harus jadi. Dan hal ini tidak bisa dihalangi oleh siapun jua. Jadi Allah menciptakan manusia sebagai pemegang jubah kekhalifahan di muka bumi ini. Tetapi apakah benar Adam As menggantikan Azazil yang lengser? Wallahu a’lam bishawab. Hanya Allah yang tahu.
2. Skenario kedua, Iblis tidak ingin menyembah selain Allah
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs Al baqarah : 31-32)
Disini kalau boleh menilai, sebenarnya Allah curang. Bagaimana yang lain (para malaikat) bisa tahu nama-nama benda itu kalau yang diajari hanya Adam dan yang lain tidak?. Ya tentu saja Adam yang jagoan dan kelihatan paling cerdas. Tetapi apapun permainannya ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini. Pertama, Allah Maha Berkehendak sehingga ketika iradah-Nya dilancarkan, tak akan ada yang bisa menghalanginya. ‘Idza ara syaian an yaqula lahu kun fayakun’ , Apabila menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata jadilah, maka jadilah. Kedua, Allah memiliki rencana yang saya sebut dengan skenario itu, yang harus terlaksana. Apabila tidak, maka kacaulah semuanya. Dan ini sangat tidak mungkin. Ketiga, Allah telah memilih umatnya untuk peran-peran sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Semuanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya dari golongan Manusia dan Jin. Keempat, Allah ingin membuktikan bahwa Dia menciptakan mati dan hidup ini memang untuk ujian. Siapakah yang paling baik amalnya (Al Mulk : 2). Kelima, Allah ingin menunjukkan kekuasaannya yang tak terbatas. Sehingga jin dan manusia sebagai obyek dari ketentuannya harus patuh dan berterima kasih kapada-Nya.
Untuk meyakinkan tentang kebenaran argumentasi saya ini, berikut dipaparkan ayat lanjutan dari peristiwa dipilihnya Adam sebagai khalifah yang kemudian berdampak pada pemberian stempel ‘laknat bagi Iblis’. Allah memiliki rencana agar bumi yang telah diciptakan akan segera bisa dihuni dan permainan segera dimulai.
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (33), Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Qs Al Baqarah 33 dan 34).
Di lain kesempatan lalu Adam As menegor Iblis yang tidak mau bersujud kepadanya. Iblis pun menjawab bahwa dirinya hanya menyembah kepada Allah Azza Wa Jala dan tidak mungkin menyembah kepada selain Allah. Apapun alasannya, sepertinya yang dikatakan Iblis mendekati kebenaran. ‘Ia hanya bersujud dan menyembah kepada Allah Swt’. Kata sujud baginya bukan penghargaan, tetapi penyembahan kepada selain Tuhannya, Allah. Dari obrolan dengan Rasulullah Saw pun kita bisa menilai betapa Iblis sebenarnya makhluk yang sangat taat kepada perintah Allah Swt. Saya tidak perlu berfikir apa latar belakang dan tendensi dari Iblis dalam mematuhi perintah Allah itu, tetapi kenyataannya Dia memang sangat taat kepada perintah Allah yang Maha Mulia. Lagian Iblis tidak diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Adam. Bukankah yang diperintah hanyalah para malaikat? Sedangkan Iblis bukanlah malaikat, karena ia dari golongan jin.
Kalau tidak, mengapa Ia yang ahli strategi mau membuka semua rahasianya kepada musuhnya?. Jadi skenario kedua adalah bahwa Iblis tidak mau menyembah kepada selain Allah agar sandiwara Allah berjalan.
3. Skenario Ketiga, Adam As harus mengembangkan keturunan di bumi
Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim (35). Lalu keduanya digelincirkan oleh seitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Qs Al Baqarah : 35-36)
Pembaca, Nabi Adam As dan Siti Hawa istrinya oleh Allah diizinkan untuk berbuat semaunya yang mungkin termasuk nungging, berlarian atau apa saja, kecuali memakan buah ‘Khuldi’. Disisi lain nampaknya Allah juga menagih kesediaan Iblis untuk memeperlancar skenario yang telah ditetapkan-Nya. “Iblis, Kamu sudah tahu apa yang harus Kamu lakukan?,” demikian kira-kira pertanyaan Allah kepada Iblis. Sebagai hamba yang taat Iblis mengiayakannya, sami’na wa atha’na
Bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin beratus-ratus tahun Iblis tidak mampu memperdaya Adam untuk melanggar aturan dari Allah tadi. Berbagai cara telah ditempuhnya. Apapun sudah dilakukan agar Adam dan Hawa mau memakan buah Khuldi itu. Tetapi hasilnya nihil, sampai kemudian Iblis melaporkan kepada Allah tentang kegagalannya itu. Isu keabadianlah yang kemudian diajarkan Allah kepada Iblis untuk merayu Adam. Disini rupanya skenario Allah mulai bergerak. Abadi membuatnya sebagai manusia sangat ingin mendapatkannya, sehingga tanpa disadari Adam dan Hawa telah melanggar larangan Allah memakan buah Khuldi. Diusirlah mereka dengan dipisahkan dalam jarak yang sangat jauh.
Pembaca, menurut yang saya dengar dari beberapa guru saya, bahwa di surga tidak ada kehamilan dan melahirkan. Seandainya Iblis tidak berhasil membujuk Adam dalam melanggar ketentuan-Nya, dan Adam tidak memakan buah Khuldi itu, pertanyaan saya “Apakah kita akan ada di dunia ini? Apakah Muslih, SBY atau siapa saja akan ada di dunia ini? Apakah sekenario Allah akan jalan? Silakan dijawab sendiri. Saya yakin tidak mungkin. Karena surga adalah tempat bersenang-senang dan ganjaran atas ketaatan makhluk kepada Tuhannya.
Jadi skenario ketiga, Iblis harus berhasil dalam membujuk Adam. Kalau tidak berhasil resikonya, proses pembuatan film kolosal Allah macet. Kehidupan di bumi hampa karena Adam dan anak cucunya tak kunjung datang. Bisa jadi Iblis mendapat murka dari Allah Swt hehehehe… Menurut pembaca gimana?
4. Burung Meraknya Malaikat
Ini tentang Iblis dan latar belakang jatidirinya yang sebenarnya. Sebagaimana sedikit diurai di depan, sebelum Allah Swt menciptakan Adam As, makhluk Allah yang memakmurkan bumi-Nya ini adalah bangsa jin. Akan tetapi, karena mereka senantiasa melakukan perbuatan durhaka, bersifat kufur dan fasik, maka Allah ingin membersihkan serta mensucikan kembali bumi-Nya, dari mereka (para jin) dan tidak menyisahkan satu pun dari mereka.
Namun para malaikat yang bertugas mengitari bumi memohon syafaat kepada Allah bagi salah satu jin yang bernama ‘Azazil. Mereka berkata bahwa ‘Azazil tidak pernah berbuat kufur sebagaimana jin yang lain. Bahkan ia menyembah Allah dengan ikhlas’.
Kemudian Allah yang Maha Mengetahui tentang bumi, apa dan siapa saja yang pantas (layak) berada didalamnya, memerintahkan kepada para malaikat mengangkat ‘Azazil untuk hidup ditengah-tengah mereka. Maka sejak itulah hiduplah ‘Azazil diantara para malaikat. Namun dia sempat menyombongkan diri pada mereka dengan ilmu dan ibadahnya.
Para malaikat menyembah Allah Ta’ala sesuai dengan kodrat ciptaan-Nya, dan mereka tidak mengetahui apa pun, kecuali apa yang telah diajarkan Allah kepada mereka. Sedangkan ‘Azazil, ia adalah mukallaf (yang dibebani dengan hukum) dan menyembah Allah atas dasar kesadaran untuk berbuat taat kepada-Nya. Ia pun mengetahui ilmu-ilmu yang juga diketahui oleh makhluk Allah lainnya yang berketurunan serta berkembang biak melalui perkawinan, nafsu syahwat, percintaan dan sebagainya. Oleh sebab itu, maka ‘Azazil mendapat sebutan “(burung) meraknya malaikat”.