Friday, June 13, 2014

EMOSI (Psikologi Umum II)


EMOSI
            Emosi adalah pengalaman yang memberikan warna, arti dan intesitas dalam hidup kita atau yang dapat berupa perasaan  positif ataupun negatif dalam bereaksi yang disertai dengan keterbangkitan fisik dan berkaitan dengan perilaku. Emosi tidak hanya sebatas marah. Ada banyak macam emosi lain seperti, sedih, takut, jijik, terkejut, dsb yang dapat dibedakan dalam nilai positif dan negatif.
Secara garis besar, ada dua jenis emosi, emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif lebih cenderung menghasilkan reaksi yang positif seperti senang dan bangga. Sedangkan emosi negatif cenderung menghasilkan reaksi yang negatif seperti marah dan sedih. Kedua emosi ini pada dasarnya tidak berlawanan dan justru keduanya saling bergantung.
            Watson, Tellegen, dan Clark membuat sebuah ‘map’ yang menjelaskan tentang struktur dan hubungan di antara emosi yang berbeda.  Terdapat empat bagian dalam diagram Watson, Tellegen, dan Clark, yakni ‘High Positive Emotion’ , ‘High Negative Emotion’ , ‘Low Positive Emotion’ dan ‘Low Negative Emotion’. Contohnya perasaan sangat senang terdapat pada sumbu ‘High Positive Emotion’ dan perasaan sedih terdapat pada sumbu ‘High Negative Emotion’ dan ‘Low Negative Emotion’ tetapi skalanya cenderung lebih tinggi di sumbu ‘High Negative Emotion’.

TIGA TEORI EMOSI
Beberapa psikolog mengemukakan elemen dasar emosi sebagai berikut:
1.      Merupakan sebuah situasi stimulus yang menghasilkan reaksi
2.      Merupakan suatu tanda positif atau negatif dari pengalaman kesadaran ‘emosi’ yang kita rasakan
3.      Merupakan keadaan hidup dari psychological arousal yang diproduksi oleh sistem saraf otonomi dan kelenjar endokrin
4.      Dihubungkan dengan perilaku yang umumnya menyertai emosi

·         Teori James-Lange
William James menyatakan bahwa stimulus emosional dijalankan oleh sensory relay centre, yang memproses reaksi tubuh terhadap takut melalui hipotalamus dan bagian simpatis pada sistem syaraf otonom. Sensasi dari reaksi tubuh ini kemudian dikirim kembali ke cortex dan memproduksi  apa yang kita rasakan di kesadaran yaitu emosi.
William James mengungkapkan bahwa emosi terjadi sesudah reaksi fisiologis karena rangsangan di lingkungan. Beliau mengatakan “Kita merasa sedih karena kita menangis, kita marah karena kita menyerang, kita takut karena kita gemetar”.Jalur terjadinya emosi diawali dengan datangnya stimulus yang dilanjutkan dengan timbulnya reaksi dan menghasilkan emosi.
·         Teori Cannon-Bard
Teorinya mengatakan kesadaran emosi dan reaksi fisiologis adalah relatif bebas pada suatu keadaan. Jalur terjadinya emosi diawali dengan datangnya informasi dari stimulus emosional sampai pertama kali di talamus lalu menuju ke cerebral cortex dan hipotalamus. Di hipotalamus mengakibatkan kebangkitan psikologis yang membentuk reaksi.



·         Teori Kognitif
Teori ini menyatakan bahwa interpretasi kognitif dari kejadian-kejadian di dunia luar dan stimulus dari dalam diri merupakan faktor kunci dari emosi. Berdasarkan teori ini proses interpretasi kognitif emosi terbagi menjadi dua tahap yaitu
1.            Interpretasi stimulus dari lingkungan
Pada tahap ini informasi yang datang dari luar pertama sekali bergerak ke arah cerebral cortex dimana informasi diinterpretasikan kemudian informasi tersebut dikirim ke system lymbic dan autonomik nervous system. Dalam tahap ini, informasi yang datang dari lingkungan akan mempengaruhi emosi seseorang. Contohnya jika suatu hari kamu menerima kado dari musuhmu maka kamu akan merasa takut atau bisa menganggap kado tersebut berbahaya, tetapi apabila kamu mendapat kado dari teman dekatmu maka kamu akan dengan senang hati menerima kado tersebut tanpa curiga.
2.            Interpretasi stimulus dari tubuh
Dalam tahapan ini emosi terbentuk berdasarkan dengan kondisi internal seseorang. Berdasarkan hasil penelitian Schacter and Singer, mereka meyakini bahwa gairah emosional adalah hasil pembauran, dimana autonomic nervous system dan kelenjar endokrin diaktifkan dengan cara yang sama untuk menentukan emosi mana yang dikeluarkan. Contohnya ketika seseorang gemetar setelah mendengar suara tembakan maka ia mengartikannya sebagai takut sedangkan gemetar yang dihasilkan karena dicium oleh seseorang yang dicintainya maka ia mengartikannya sebagai rasa senang.

LIE DETECTOR
Salah satu alat guna melakukan tes kebohongan adalah polygraph dengan cara mengukur perubahan fisiologis tubuh yang terjadi ketika menjawab “ya” atau ”tidak” atas beberapa pertanyaan yang diajukan. Alat ini mendeteksi apakah seseorang itu berbohong atau jujur.
Alat ini bekerja dengan cara mengukur pola pernafasan, tekanan darah, denyut nadi, dan perubahan pada kulit seperti melihat ada atau tidaknya keringat, serta melihat perubahan suara seseorang. Diasumsikan, jikaseseorang mengalami beberapa perubahan fisiologis maka dia dinyatakan berbohong, jika tidak maka dia dinyatakan jujur. Alat ini biasanya dipakai di pengadilan, karena alat ini berguna untuk mengetes para terdakwa apakah ia bersalah sistem gelombang, bila seseorang bohong maka gelombang akan bergetar cepat. Sebaliknya jika seseorang jujur, maka gelombang tidak bergetar dengan cepat dan tidak terdeteksi oleh alat detektor.
            Namun terdapat masalah dari alat pendeteksi kebohongan ini. Orang yang sedang diinterogasi dengan menggunakan lie detector meskipun jujur terkadang mengalami gugup, ketika gugup terjadi perubahan fisiologis dalam tubuhnya, perubahan fisiologis ini langsung dinyatakan sebagai sebuah kebohongan. Sementara di sisi lain ada orang yang sudah terbiasa berbohong, sehingga lie detector kembali mengalami kesalahan dalam pengambilan keputusan.
            David Lykken dari Minnesota University menyatakan bahwa alat ini masih cukup akurat, namun tingkat sesalahannya belum dapat diterima sepenuhnya. Karena itu penggunaan lie detector ini dilarang dalam bagian pemerintahan, tetapi masih digunakan di kepolisian untuk menginterogasi dan dalam dunia bisnis dan pekerjaan dalam menyaring tenaga kerja.

PERAN BELAJAR DAN BUDAYA DALAM EMOSI
Pada dasarnya emosi tidak perlu diajarkan dan dipelajari. Tetapi pembelajaran tersebut memiliki dua peranan penting. Pertama, pembelajaran lebih mempengaruhi ekspresi akan emosi daripada mempengaruhi pengalaman yang dialami. Contohnya pada beberapa budaya, dianjurkan untuk menunjukkan emosi secara langsung sedangkan budaya lainnya lebih dianjurkan untuk tidak terlalu menunjukkan emosi. Paul Ekman melakukan suatu eksperimen yang melibatkan orang Jepang dan Amerika. Kepada mereka diperlihatkan film yang mengandung kekerasan dan penganiayaan. Saat mereka sendiri, mereka dapat menunjukkan ekspresi mereka. Namun ketika mereka harus menonton bersama orang lain, orang Jepang cenderung untuk menyembunyikan ekspresi mereka dimana orang Amerika tetap menunjukkan ekspresi yang sama dengan saat menonton sendirian.
Kedua, budaya yang berbeda menunjukkan interpretasi yang berbeda terhadap suatu situasi yang menghasilkan emosi. Pada suatu eksperimen pada mahasiswa Afrika dan Amerika, didapatkan hasil bahwa dalam suatu kondisi negatif, mahasiswa Afrika cenderung menyalahkan orang lain sementara mahasiswa Amerika cenderung menyalahkan diri sendiri.

MENGEJAR KEBAHAGIAAN
Faktor-faktor apakah yang dapat membuat manusia bahagia? Pada dekade terakhir abad 20, para psikolog telah banyak mempelajari tentang kebahagiaan.
APAKAH UANG DAPAT MEMBELI KEBAHAGIAAN?
Masyarakat dari negara-negara stabil mengaku bahwa mereka memiliki hidup yang lebih bahagia daripada masyarakat dari negara miskin. Namun tetap saja ada sesuatu yang membingungkan di sini, yakni apakah mereka lebih bahagia karena keadaan negara mereka yang lebih stabil dimana hak dan kebebasan mereka lebih terjamin ataukah pada masyarakat negara maju dengan penghasilan rata-rata tinggi memang terdapat suatu korelasi antara penghasilan dengan kebahagiaan. Karena setelah kebutuhan pokok seperti kebutuhan akan makanan, tempat berteduh, dan keamanan, sudah tercapai, berpenghasilan tinggi tidaklah berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang.
APAKAH MEMILIKI TEMAN DAN PACAR MEMBUAT KITA BAHAGIA?
Secara umum, orang-orang mengaku lebih bahagia saat bersama dengan teman. Orang-orang yang telah menikah juga mengaku bahwa mereka lebih bahagia daripada orang-orang yang tidak memiliki pacar ataupun pasangan hidup. Namun tidak semua hubungan membawa kebahagiaan. Penilitian menunjukkan bahwa beberapa orang menjadi sangat bahagia setelah menikah, beberapa yang lain menjadi sedikit lebih bahagia, dan beberapa lainnya bahkan menjadi tidak bahagia.
APAKAH PEKERJAAN MEMBUAT KITA BAHAGIA?
Memiliki pekerjaan cenderung membuat orang lebih bahagia. Tidak memiliki pekerjaan ataupun dipecat dari pekerjaan membuat orang terpuruk dan bahkan sulit untuk bangkit. Namun, kebahagiaan yang kita dapat dari pekerjaan berbeda satu sama lain, tergantung dengan tujuan kita bekerja. Untuk orang-orang yang berkelut pada aktivitas seperti bekerja, hobi, pekerjaan sosial dan lainnya, ataupun orang-orang yang merasa tertantang dengan pekerjaan itu, bagi mereka pekerjaan akan membawa kebahagiaan. Sementara bagi orang-orang yang bekerja keras hanya untuk keuntungan materi, mereka cenderung memiliki konflik sosial dan keluarga yang berakhit dengan timbulnya rasa tidak bahagia.
APAKAH KEBAHAGIAAN ADALAH SESUATU YANG DITURUNKAN?
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dengan trait “extraversion” dan “neuroticism” memiliki kecenderungan untuk lebih bahagia. Namun walaupun dikatakan merupakan sesuatu yang genetik tetap saja bahagia kita juga ditentukan oleh apa yang kita lakukan.

AGRESI : ASPEK EMOSIONAL DAN MOTIVASIONAL

5
 
Manusia mengatakan merekalah makhluk beradab yang telah meninggalkan hukum rimba. Namun, faktanya adalah tidak ada hewan yang dapat menandingi jumlah kasus kekerasan dan kejahatan yang dilakukan manusia. Kasus ini tidak hanya melibatkan orang-orang yang tanpa hubungan melainkan juga orang-orang dengan ikatan keluarga, baik itu dilakukan oleh suami-istri maupun orang tua pada anak.
Mengapa manusia berlaku agresi? Ada pandangan yang mengemukakan bahwa agresi adalah insting alami; pandangan lain mengemukakan bahwa agresi adalah reaksi manusia terhadap frustasi; agresi sebagai sesuatu yang dipelajari; dan agresi adalah hasil dari kepercayaan kita.
·         Teori Insting Freud
Menurut Freud, manusia terlahir dengan insting agresi dan insting ini harus dipenuhi. Potensi bawah sadar ini merupakan suatu dorongan untuk merusak diri. Agar potensi ini tidak mengandung kekerasan Freud mengatakan bahwa pelepasan agresi dapat dilakukan dengan berbagai cara lain, misalnya melalui persaingan dalam bisnis, olahraga, dan membaca buku tentang kekerasan yang dinilai tidak berbahaya. Namun ada psikolog yang mengatakan bahwa cara-cara tersebut justru meningkatkan keagresifan seseorang.
·         Teori Frustasi-Agresi
Berbeda dengan teori Freud yang mengatakan bahwa agresi adalah insting alami yang harus dipenuhi, teori yang dipelopori oleh Dollar, Doob, Miller, Mowre, dan Sears pada tahun 1939 ini justru mengatakan bahwa agresi adalah reaksi dari frustasi. Agresi akan timbul jika ada rasa frustasi dari seseorang. Pada awalnya dikatakan bahwa setiap perilaku frustrasi pasti akan menimbulkan erilaku agresi. Tahun 1941 Miller menyatakan bahwa frustrasi menimbulkan banyak respon, dimana salah satunya adalah agresi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Burnstein menyatakan bahwa frustrasi yang menetap akan mendorong perilaku agresi.
·         Teori Social Learning
Teori ini mengatakan bahwa manusia akan berlaku agresif hanya jika mereka mempelari bahwa adalah sebuah keuntungan untuk berlaku agresif. Proses belajar ini diperoleh melalui pengamatan langsung dan pengalaman langsung.
§  Pengamatan Langsung
Pengamatan secara langsung menurut Albert Bandura menjadi mekanisme penting terhadap perilaku agresi pada anak-anak yang dipelajari. Anak-anak ada awalnya akan mengamati perilaku agresi orang disekelilingnya kemudian dia akan menirunya. Bandura melakukan penelitian pada anak-anak. Penelitian ini menggunakan bobo dollsebagai alat dan anak-anak sebagai sampel. Pertama-tama anak-anak dipertontonkan dengan sebuah tindak agresi yang dilakukan oleh orang dewasa. Orang dewasa ini diperlihatkan sedang memukul bobodoll, baik itu dengan tangan kosong atau menggunakan alat. Selanjutnya anak dimasukkan ke dalam ruangan yang berisi bobo doll. Setelah beberapa waktu terlihat bahwa anak melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Bahkan melakukannya dengan cara dan alat yang sama.
§  Pengalaman langsung
Agresi juga tergantung pada penguatan yang diterima, baik itu penguatan yang bersifat positif ataupun negatif. Penguatan positif akan meningkatkan perilaku agresi. Penguatan positif dalam konteks sehari-hari seringkali diekpresikan karena adanya persetujuan verbal dari orang-orang di sekelilingnya (Wiggins dkk, 1994). Hal ini sering kali dijumpai pada gang remaja, kelompok militer, maupun kelompok olahraga. Penguatan negatif juga dapat meningkatkan perilaku agresi. Agresi dalam hal ini mungkin dikarenakan oleh alasan kejadian negatif yang menimpa seseorang, seperti diejek, diserang dan kejadian menyakitkan lainnya. Sehingga orang melakukan agresi sebagai bentuk dari balas dendam.

            Para tokoh social learning tidak memungkiri bahwa agresi adalah sebuah reaksi dari frustasi, tetapi yang lebih ditekankan adalah bahwa kita dapat berlaku agresi adalah karena kita telah mempelajarinya.
Teori ini menyanggah teori Freud tentang topik kartasis yang dilakukan dengan pelampiasan yang dianggap tidak berbahaya karena justru para ahli yang mendukung teori ini menunjuk pada adanya kecenderungan meningkatkannya perilaku agresi seseorang.
·         Teori Konitif
Menurut teori ini, kepercayaan seseorang dapat mempengaruhinya dalam sikap agresi. Enam kepercayaan tersebut meliputi:
1.            Superiority
Adanya kepercayaan bahwa kelompok tertentu berada di atas kelompok lain sehingga ada kecenderungan terjadinya kekerasan pada kelompok inferior.


2.            Victims of Injustice
Kecenderungan kelompok-kelompok tertentu yang mengganggap bahwa mereka adalah kelompok yang selalu dirugikan. Kepercayaan ini dapat mengakibatkan timbulnya perilaku agresif.
3.            Vulnerability
Adanya kepercayaan bahwa suatu kelompok rawan terhadap serangan membuat kelompok tersebut jauh lebih agresif
4.            Distrust
Adanya keyakinan bahwa kelompok yang satu tidak baik dan dapat menyerang kelompok lain. Biasanya kelompok tersebut digambarkan sebagai musuh jahat yang dapat mengganggu kelompok lain.
5.            Helplessness
Adanya kepercayaan bahwa suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dengan cara negosiasi. Bahkan beberapa negara beranggapan bahwa tidak akan ada kesepakatan yang terbentuk jika tidak dengan cara kekerasan.
6.            Sanctions of God
Ada kelompok tertentu yang beranggapan bahwa Tuhan menginginkan mereka untuk membunuh kelompok lain dengan imbalan surga untuk mereka.

KELOMPOK REMAJA PELAKU KEKERASAN
Perilaku agresif remaja berawal dari orang tua yang memberi hukuman kepada anak-anak mereka. Anak-anak cenderung bereaksi dengan menjadi lebih agresif untuk melawan perilaku agresif yang mereka terima. Pada akhirnya para orang tua akan mengurangi pengawasan terhadap anak-anaknya yang mereka anggap sudah sulit diatur, mengakibatkan para remaja tersebut memiliki keleluasaan dalam bergabung dalam kelompok-kelompok yang biasa kenal dengan sebutan geng.
Remaja-remaja yang tergabung dalam geng biasanya memiliki pemikiran bahwa mereka adalah orang-orang yang diasingkan oleh teman dan keluarga. Dalam diri mereka timbul suatu sikap yang selalu menganggap mereka berbeda dengan orang lain. Mereka memiliki cara penyelesaian masalah yang selalu dibarengi dengan kekerasan.

No comments :

Post a Comment