Gender Identity (Identitas Gender)
Adalah kesadaran (sudut pandang seseorang tentang dirinya sebagai laki-laki maupun sebagai perempuan. Gender identity berkembang sejak masa bayi. Anak bayi diidentifikasikan sebagai perempuan atau pun laki-laki berdasarkan alat kelaminnya. Anak-anak mempelajari bagaimana ia seharusnya bersikap berdasarkan gendernya melalui interaksi dengan anggota keluarganya,
teman sebayanya, guru dan lain-lain.
Contohnya, laki-laki/perempuan bersikap sesuai kodratnya karena pengaruh interaksi sosialnya.
Dan peran gender adalah sikap khas yang dipengaruhi oleh kebjakan-kebijakan budaya tentang apa yang harus dilakukan anak laki-laki/perempuan berdasarkan jeniskelamin mereka.
Beberapa budaya menekankan bahwa anak-anak harus dibesarkan untuk mengadopsi peran gender tradisional. Anak laki-laki dibesarkan untuk menjadi “maskulin” (misalnya kuat, agresif dan mandiri) dan anak perempuan dibesarkan untuk menjadi
“feminis” (misalnya peka terhadap orang lain, baik dalam berinteraksi dengan orang lain).
Sebenarnya, maskulin/feminis bukan hal yang berbeda secara penuh,
tetapi berada pada dua dimensi yang berbeda. Orang yang memiliki karakter feminis dan maskulin disebut sebagai androgini. Misalnya:
seorang wanita karir
yang pekerja keras, tetapi juga harus melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga.
Wanita ini dapat dikatakan androgini karena memiliki sifat maskulin = pekerja keras dan feminis =
mengerjakan tugas ibu rumah tangga.
Biasanya orang androgini lebih mudah beradaptasi karena mereka lebih mudah memahami tentang situasi tersebut.
Persamaan dan Perbedaan
Gender
1. Perbedaan
Gender dari Segi Fisik
Banyak
psikologis percaya bahwa perbedaan fisik memiliki peran penting pada perbedaan psikologis
gender (Buss, 1995; Hyde, 2007).
Pada
umumnya, skor wanita lebih tinggi dari pria dalam tes:
|
Pada
umumnya, skor pria lebih tinggi dari wanita dalam tes:
|
Kemampuan
berbahasa
|
Dalam
tata ruang dan permesinan
|
Kemampuan
membaca
|
Teknologi
dan pengetahuan alam
|
Mengeja
|
Ingatan
pada bentuk/ non-lisan
|
Mengimajinasi
|
Lebih
mudah dalam hal belajar mengenai lingkungan sosial
|
Pergerakan
|
Elektronik,
otomotif dan teknik perdagangan
|
2. Perbedaan
Gender Pada Kemampuan Kognitif dan Prestasi
Perempuan
lebih menonjol dari pria pada kemampuan berbahasa dan hal-hal yang menyangkut tugas
otak kanan. Misalnya, kerapian dan keindahan (seni), sedangkan laki-laki pada bidang
matematika, pengetahuan, tetapi hal ini bukan lah suatu ketetapan kalau wanita lebih
baik dibahasa dan laki-laki di pengetahuan. Intinya gender tidak bisa menjadi ukuran
mutlak pada kemampuan kognitif seseorang.
3. Perbedaan
Gender dalam Aspek Emosi dan Sikap Sosial
Pada
umumnya, perempuan lebih dalam hal:
|
Pada
umumnya, laki-laki lebih dalam hal:
|
Pengasuhan
dan rasa simpatis
|
Kompetitif
dan dominan
|
Mudah
bergaul
|
Tegas
|
Mudah
percaya dan terbuka
|
Biasanya
laki-laki sering terlibat dalam tindak kriminal/kejahatan
|
Mudah
bekerja sama dan mencintai kedamaian
|
Bersifat
curang
|
Mudah
cemas dan depresi
|
Menjunjung
harga diri
|
4. Perbedaan
Gender dalam Pemilihan Pasangan dan Sikap Seksual
Pada
umumnya wanita lebih:
|
Pada
umumnya pria lebih:
|
Menyukai
pasangan yang lebih tua
|
Pasangan
yang lebih muda
|
Berpenghasilan
tinggi (mapan)
|
Menyukai
wanita secara fisik
|
Berpotensi
|
Menyukai
wanita yang mampu mengurus pekerjaan rumah
|
Menyukai
pasangan dengan karakter yang baik
|
Cemburu
dan mengontrol pasangan mereka
|
Origins of Gender Differences
Sudah sangat jelas dengan mempelajari manusia dan hewan , menunjukkan bahwa adanya perbedaan
level estrogen, testosteron dan hormon seks
lainnya selama masa hamil pada wanita. Yang sangat penting dan sangat jelas perbedaan jenis ini di otak orang dewasa rata-rata otak laki-laki 10% lebih besar dari otak perempuan,
dari mulai anak-anak sampai dewasa.
Selain itu ada perbedaan jenis kelamin korpus kallosum,
ada 200 juta neuron yang menggabungkan dua belahan otak tumbuh dari mulai masa anak-anak sebagai
neuron yang sepenuhnya terbungkus dalamselubung myelin yang mempercepat impuls saraf.
Psikologi Evolusioner
Psikologi
evolusioner adalah perspektif dalam psikologi yang didasarkan pada asumsi bahwa
masa lalu evolusi kita memegang kunci untuk memahami karakteristik psikologi
kita saat ini. Psikologi evolusi percaya bahwa gen yang mempengaruhi perilaku
manusia dan proses mental dipilih dari mutasi gen yang membuat beberapa manusia
lebih mampu bertahan hidup di masa lalu. Psikologi evolusioner berpendapat
bahwa itu sangat penting selama masa lalu kita (pada jaman prasejarah) ketika
kita hidup di luar ruangan untuk menghindari kontak dengan ular. Orang yang
sering menghindari ular berbisa yang hidup untuk …….. lebih sering daripada
mereka yang tidak. Dengan demikian mutasi gen yang membuat manusia lebih
cenderung takut dengan ular diteruskan kepada turunannya. Lebih dari 1000 tahun
sifat ini menjadi luas di kalangan manusia,berdasarjan psikologi evolusioner
karena hal tersebut membantu kita untuk bertahan hidup. Dengan cara yang samam,
psikologi evollusioner percaya bahwa banyak dari karakteristik psikologis yang
paling penting melalui seleksi alam.
Psikologi
evolusioner lebih percaya bahwa variasi dalam gen kita yang merupakan salah
satu sumber keragaman manusia muncul di masa lalu evolusi kita. Topic yang
sering dibicarakan oleh psikologi evolusioner adalah perbedaan gender.
Psikologi evolusioner percaya pada perbedaan gender muncul di masa lalu kita
dikarenakan tekanan evolusi pada wanita dan pria berbeda. Ini artinyam bahwa
psikologi evolusioner percaya bahwa perbedaan antara pria dan wanita
berdasarkan pengaruh genetic. Pandangan ini telah membuat psikologi evolusioner
sangat controversial, sebagian dikarenakan tampaknya unutk membenarkan beberapa
tingkah laku pria (seperti perselingkuhan perkawinan) yang secara luas dan
dipandang sebagai seksis.
1.
Tekanan
Evolusioner Terkait dengan Berburu
Karena
wanita secara fisik pada saat kehamilan mereka akan merasa lebih lambat dalam
bekerja dan mereka harus tetap menjaga calon bayi mereka sampai masa mereka
untuk melahirkan dan menyusui,memburu hewan lebih pada pekerjaan laki-laki.
Teori evolusioner percaya bahwa laki-laki lebih tidak takut akan apapun dan
bisa bertahan hidup. Karena pada saat seorang laki-laki memburu, dia mempunyai
kemampuan spasial yang baik.dengan kemampuannya inilah laki-laki bisa bertahan
hidup dan bereproduksi. Jadi laki-laki lebih memiliki kemampuan lebih merasa
unggul pada lingkungannya. Ada beberapa bukti bahwa laki-laki lebih memiliki
kemampuan lebih baik pada tes kemampuan matematika. Hal inilah menunjukkan
bahwa seleksi alam menunjukkan laki-laki yang memburu telah menyebabkan
kemampuan mereka dalam matematika.
2.
Seleksi
Evolusioner Dari Dominasi dan Agresi
Laki-laki
hanya bisa bereproduksi saat mereka membuahi perempuan (fertilisasi). Salah
satu factor kemungkinan terbesar bagi laki-laki ketika menikah dengan perempuan
selama masa memburu lebih dominan dan lebih agresif. Dengan demikian tekanan
evolusioner untuk bersaing dengan laki-laki lain adalah dengan memilih cara
menikah selama masa memburu. Sebaliknya ada tekanan pada maa lalu yang dipilih
wanita untuk agresi dan dominasi.
3.
Tekanan
Evolusioner Tentang Pemeliharaan Anak
Menjaga
anak bayi adalah salah tugas wanita karena menyusui adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
memelihara bayi mereka. teori evolusioner menyarankan bagi para wanita untuk
lebih berhasil dalam membesarkan anak mereka ketika mereka bersatu pada satu
kelompok besar yang cukup untuk melindungi anak mereka dari serangakn luar yang
dapat mengancam anak mereka. Karena perempuan yang lebih bersosialisasi,
koperatif, verbal dan tidak agresif lebih bisa diterima did alam satu kelompok.
Anak-anak yang diperlakukan seperti itu akan lebih bisa bertahan dan melewati
kehidupan mereka dan dapat mempertahnkan masa depan mereka. Berdasarkan teori
ini bahwa kebutuhan perempuan dalam membesarkan anak dengan bersatu dalam
kelompok yang membetuk social merekam emosi dan fungsi kognisi.
4. Tekanan Evolusi yang Disebabkan oleh Perbedaan Perbedaan Gender dalam Pewarisan Orang Tua.
Karena
leluhur wanita menjalani masa kehamilan dan merawat tiap anaknya dalam kurun
waktu yang lama, tingkat pewarisan orang tua kepada setiap anaknya tergolong
tinggi karena wanita hanya dapat melahirkan sedikit anak, hal ini sangat
penting karena setiap keturunan akan bertahan jika ibunya memiliki gen yang
baik. Sebagai perbandingannya, satu-satunya kontribusi dalam bereproduksi
adalah bahwa setiap wanita membutuhkan pria untuk dapat bersetubuh, karena
dengan bersetubuh manusia dapat memaksimalkan peluang gen mereka dapat
diteruskan.
Berdasarkan
teori evolusi, para pria cenderung memilih wanita muda dan menarik karena
wajah, bokong, dan dada merupakan karakteristik yang sangat diinginkan oleh
pria serta mampu menambah kesehatan sistem reproduksi dan tingkat kesuburan.
Faktanya, kesuburan tersembunyi dalam tubuh wanita dan berkontribusi pada
tekanan evolusioner untuk kedua jenis kelamin. Walaupun seorang wanita selalu
menyadari bahwa mereka adalah ibu dari setiap anaknya, para pria tidak bisa
begitu yakin bahwa mereka adalah ayah dari setiap anaknya karena bisa saja pasangan
mereka berhubungan seksual dengan pria lain dan dari hubungan tersebut sang
wanita melahirkan seorang anak. Oleh karena itu, tingkat pewarisan para pria
terhadap keturunannya lebih kecil dibandingkan wanita.
Para
pencetus teori evolusi percaya bahwa ini adalah penyebab mengapa pria cenderung
mengalami kecemburuan seksual dan pengekangan wanita agar pasangannya tidak
memiliki anak dari pria lain, serta untuk memastikan bahwa mereka memiliki anak
yang benar-benar mewarisi gen mereka.
5. Tekanan Evolusioner Dalam Memilih Pasangan
Karena
wanita membatasi kemampuan mereka untuk mengumpulkan makanan dan kegiatan yang
berat selama masa kehamilan dan perawatan anaknya, para wanita dan keturunannya
akan memiliki kemungkinan besar untuk bertahan hidup jika mendapat bantuan dari
pasangan mereka. Maka, wanita cenderung memilih pasangan yang memiliki
keberanian, status sosial,
kemampuan khusus, kecukupan
finansial, serta memiliki karakteristik yang baik.
Berdasarkan
pandangan ini, wanita akan memilih pasangan yang mampu membantu mereka dan
keturunannya untuk dapat bertahan. Karena pada masa nenek moyang, para wanita
bergantung pada para pria. Teori evolusi menyimpulkan bahwa inilah penyebab
wanita kesal terhadap suatu pengkhianatan.
Kritikan Terhadap Teori Evolusi
Apa
yang anda fikirkan tentang teori evolusi pada perbedaan gender? Beberapa orang
mungkin menganggapnya benar. Sedangkan yang lainnya malah merasa bahwa itu
adalah usaha para pria untuk mengungkapkan agresi dan kelalaian dalam merawat
anak. Sebagai tambahan, ini sangat mengancam teori evolusioner yang menyiratkan
pria dan wanita dibatasi dalam perbedaan gender oleh gennya.
Teori
evolusi berbeda dari kebanyakan teori psikologis karena tidak dapat diuji
dengan akurat, kita juga dapat mengatakan apa saja kejadian yang terjadi ribuan
tahun lalu, tetapi kita tidak mampu untuk melakukan penelitian formal untuk
menguji hipotesis yang ada. Maka, beberapa ahli psikologis percaya bahwa teori
evolusi adalah pokok pemikiran yang lebih baik tentang kebiasaan manusia
daripada sebagai teori yang dapat diuji. Sebagai tambahan, beberapa pendapat
dari para pencetus teori evolusi dapat dibantah, mengapa wanita membentuk
kelompok sebagai perlidungan dan mengarah kepada kemampuan bersosialisasi dan
kooperatif sedangkan para pria membentuk kelompok untuk memburu binatang yang
besar tapi tidak berpengaruh pada kemampuan sosial yang sama? Jika perbedaan
gender dalam seksualitas diwariskan, mengapa ada perbedaan besarantar komunitas
pria dan wanita? Ada banyak sangkalan mengenai kritikan-kritikan ini.
Teori Peran Sosial pada perbedaan
Gender
Teori alternative selain teori evolusioner adalah teori peran social pada perbedaan gender (Abele, 2003, bandura & bussey, 2004, bussey & bandura 1999, wood & eagly, 2002). Hipotesis dasarnya setiap kelas social dan peran social diciptakan untuk pria dan wanita, itu adalah sebuah dorongan
yang menciptakan perbedaan psikologis gender. Perbedaan gender ini dibentuk melalui kesempatan, tantangan, pengalaman, dan tantangan
yang menciptakan perbedaan sosial gender pria dan wanita
yang disesuaikan dengan kebudayaan.
Sebenarnya, dua teori perbedaan gender sama halnya dengan teori evolusioner, teori perbedaan gender meyakini bahwa perbedaan
gender biologis seseorang akan menciptakan tingkat perbedaan gender. Walaupun teori peran social menganggap perbedaan seks biologis menciptakan dorongan apa
yang harus diperbuat berdasarkan gender kita di masa lampau, tetapi sekarang ini teori ini menekankan pada praktik sosial.
Claude
Steel(1997) dari Stanford University menyatakan adanya pengaruh dari pengkhayatan akan peran social akan memengaruhi performa kognitif. Seperti halnya
orang yang sukses di bidang akademisnya hanya ketika penghargaan menjadi pengkhayatan peran
gender.
Empirical support
untuk pendapat steele
(1997) dimana melalui pengamatannya dia menyimpulkan performa dapat dimanipulasi. Kalichman (1989)
menemukan bahwa kemampuan spasial pada gender pria lebih baik dari pada
sex laki-laki (XY).
Kritik Terhadap Teori Peran Sosial
Teori peran social tidak menunjukkan signifikan si otak antara pria dan wanita. Perbedaan otak pria dan wanita seharusnya dapat termuat dalam teori peran sosial. Namun seperti yang kita ketahui bahwa otak adalah
organ fleksibel yang berubah seiring dengan bertambahnya pengetahuan seseorang dari pengalaman yang ia dapat. Perbedaan fungsi dan struktur otak pria dan wanita mempengaruhi perbedaan penglaman mereka. Itulah mengapa perbedaan
gender di otak adalah hasil perbedaan peran social dari peran-peran lainnya. Hal ini belum
di bahas pada teori peran sosial.
No comments :
Post a Comment