Friday, June 13, 2014

Gender (Psikologi Umum II)


Gender Identity (Identitas Gender)
Adalah kesadaran (sudut pandang seseorang tentang dirinya sebagai laki-laki maupun sebagai perempuan. Gender identity berkembang sejak masa bayi. Anak bayi diidentifikasikan sebagai perempuan atau pun laki-laki berdasarkan alat kelaminnya. Anak-anak mempelajari bagaimana ia seharusnya bersikap berdasarkan gendernya melalui interaksi dengan anggota keluarganya, teman sebayanya, guru dan lain-lain. Contohnya, laki-laki/perempuan bersikap sesuai kodratnya karena pengaruh interaksi sosialnya. Dan peran gender adalah sikap khas yang dipengaruhi oleh kebjakan-kebijakan budaya tentang apa yang harus dilakukan anak laki-laki/perempuan berdasarkan jeniskelamin mereka.
Beberapa budaya menekankan bahwa anak-anak harus dibesarkan untuk mengadopsi peran gender tradisional. Anak laki-laki dibesarkan untuk menjadi “maskulin” (misalnya kuat, agresif dan mandiri) dan anak perempuan dibesarkan untuk menjadi “feminis” (misalnya peka terhadap orang lain, baik dalam berinteraksi dengan orang lain). Sebenarnya, maskulin/feminis bukan hal yang berbeda secara penuh, tetapi berada pada dua dimensi yang berbeda. Orang yang memiliki karakter feminis dan maskulin disebut sebagai androgini. Misalnya: seorang wanita karir yang pekerja keras, tetapi juga harus melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga. Wanita ini dapat dikatakan androgini karena memiliki sifat maskulin = pekerja keras dan feminis =  mengerjakan tugas ibu rumah tangga. Biasanya orang androgini lebih mudah beradaptasi karena mereka lebih mudah memahami tentang situasi tersebut.
Persamaan dan Perbedaan Gender
1.      Perbedaan Gender dari Segi Fisik
Banyak psikologis percaya bahwa perbedaan fisik memiliki peran penting pada perbedaan psikologis gender (Buss, 1995; Hyde, 2007).



Pada umumnya, skor wanita lebih tinggi dari pria dalam tes:
Pada umumnya, skor pria lebih tinggi dari wanita dalam tes:
Kemampuan berbahasa
Dalam tata ruang dan permesinan
Kemampuan membaca
Teknologi dan pengetahuan alam
Mengeja
Ingatan pada bentuk/ non-lisan
Mengimajinasi
Lebih mudah dalam hal belajar mengenai lingkungan sosial
Pergerakan
Elektronik, otomotif dan teknik perdagangan

2.      Perbedaan Gender Pada Kemampuan Kognitif dan Prestasi
Perempuan lebih menonjol dari pria pada kemampuan berbahasa dan hal-hal yang menyangkut tugas otak kanan. Misalnya, kerapian dan keindahan (seni), sedangkan laki-laki pada bidang matematika, pengetahuan, tetapi hal ini bukan lah suatu ketetapan kalau wanita lebih baik dibahasa dan laki-laki di pengetahuan. Intinya gender tidak bisa menjadi ukuran mutlak pada kemampuan kognitif seseorang.

3.      Perbedaan Gender dalam Aspek Emosi dan Sikap Sosial

Pada umumnya, perempuan lebih dalam hal:
Pada umumnya, laki-laki lebih dalam hal:
Pengasuhan dan rasa simpatis
Kompetitif dan dominan
Mudah bergaul
Tegas
Mudah percaya dan terbuka
Biasanya laki-laki sering terlibat dalam tindak kriminal/kejahatan
Mudah bekerja sama dan mencintai kedamaian
Bersifat curang
Mudah cemas dan depresi
Menjunjung harga diri

4.      Perbedaan Gender dalam Pemilihan Pasangan dan Sikap Seksual

Pada umumnya wanita lebih:
Pada umumnya pria lebih:
Menyukai pasangan yang lebih tua
Pasangan yang lebih muda
Berpenghasilan tinggi (mapan)
Menyukai wanita secara fisik
Berpotensi
Menyukai wanita yang mampu mengurus pekerjaan rumah
Menyukai pasangan dengan karakter yang baik
Cemburu dan mengontrol pasangan mereka

Origins of Gender Differences
            Sudah sangat jelas dengan mempelajari manusia dan hewan , menunjukkan bahwa adanya perbedaan level estrogen, testosteron dan hormon seks lainnya selama masa hamil pada wanita. Yang sangat penting dan sangat jelas perbedaan jenis ini di otak orang dewasa rata-rata otak laki-laki 10% lebih besar dari otak perempuan, dari mulai anak-anak sampai dewasa.
            Selain itu ada perbedaan jenis kelamin korpus kallosum, ada 200 juta neuron yang menggabungkan dua belahan otak tumbuh dari mulai masa anak-anak sebagai neuron yang sepenuhnya terbungkus dalamselubung myelin yang mempercepat impuls saraf.

Psikologi Evolusioner
Psikologi evolusioner adalah perspektif dalam psikologi yang didasarkan pada asumsi bahwa masa lalu evolusi kita memegang kunci untuk memahami karakteristik psikologi kita saat ini. Psikologi evolusi percaya bahwa gen yang mempengaruhi perilaku manusia dan proses mental dipilih dari mutasi gen yang membuat beberapa manusia lebih mampu bertahan hidup di masa lalu. Psikologi evolusioner berpendapat bahwa itu sangat penting selama masa lalu kita (pada jaman prasejarah) ketika kita hidup di luar ruangan untuk menghindari kontak dengan ular. Orang yang sering menghindari ular berbisa yang hidup untuk …….. lebih sering daripada mereka yang tidak. Dengan demikian mutasi gen yang membuat manusia lebih cenderung takut dengan ular diteruskan kepada turunannya. Lebih dari 1000 tahun sifat ini menjadi luas di kalangan manusia,berdasarjan psikologi evolusioner karena hal tersebut membantu kita untuk bertahan hidup. Dengan cara yang samam, psikologi evollusioner percaya bahwa banyak dari karakteristik psikologis yang paling penting melalui seleksi alam.
Psikologi evolusioner lebih percaya bahwa variasi dalam gen kita yang merupakan salah satu sumber keragaman manusia muncul di masa lalu evolusi kita. Topic yang sering dibicarakan oleh psikologi evolusioner adalah perbedaan gender. Psikologi evolusioner percaya pada perbedaan gender muncul di masa lalu kita dikarenakan tekanan evolusi pada wanita dan pria berbeda. Ini artinyam bahwa psikologi evolusioner percaya bahwa perbedaan antara pria dan wanita berdasarkan pengaruh genetic. Pandangan ini telah membuat psikologi evolusioner sangat controversial, sebagian dikarenakan tampaknya unutk membenarkan beberapa tingkah laku pria (seperti perselingkuhan perkawinan) yang secara luas dan dipandang sebagai seksis.
1.      Tekanan Evolusioner Terkait dengan Berburu
Karena wanita secara fisik pada saat kehamilan mereka akan merasa lebih lambat dalam bekerja dan mereka harus tetap menjaga calon bayi mereka sampai masa mereka untuk melahirkan dan menyusui,memburu hewan lebih pada pekerjaan laki-laki. Teori evolusioner percaya bahwa laki-laki lebih tidak takut akan apapun dan bisa bertahan hidup. Karena pada saat seorang laki-laki memburu, dia mempunyai kemampuan spasial yang baik.dengan kemampuannya inilah laki-laki bisa bertahan hidup dan bereproduksi. Jadi laki-laki lebih memiliki kemampuan lebih merasa unggul pada lingkungannya. Ada beberapa bukti bahwa laki-laki lebih memiliki kemampuan lebih baik pada tes kemampuan matematika. Hal inilah menunjukkan bahwa seleksi alam menunjukkan laki-laki yang memburu telah menyebabkan kemampuan mereka dalam matematika.
2.      Seleksi Evolusioner Dari Dominasi dan Agresi
Laki-laki hanya bisa bereproduksi saat mereka membuahi perempuan (fertilisasi). Salah satu factor kemungkinan terbesar bagi laki-laki ketika menikah dengan perempuan selama masa memburu lebih dominan dan lebih agresif. Dengan demikian tekanan evolusioner untuk bersaing dengan laki-laki lain adalah dengan memilih cara menikah selama masa memburu. Sebaliknya ada tekanan pada maa lalu yang dipilih wanita untuk agresi dan dominasi.
3.      Tekanan Evolusioner Tentang Pemeliharaan Anak
Menjaga anak bayi adalah salah tugas wanita karena menyusui adalah  salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memelihara bayi mereka. teori evolusioner menyarankan bagi para wanita untuk lebih berhasil dalam membesarkan anak mereka ketika mereka bersatu pada satu kelompok besar yang cukup untuk melindungi anak mereka dari serangakn luar yang dapat mengancam anak mereka. Karena perempuan yang lebih bersosialisasi, koperatif, verbal dan tidak agresif lebih bisa diterima did alam satu kelompok. Anak-anak yang diperlakukan seperti itu akan lebih bisa bertahan dan melewati kehidupan mereka dan dapat mempertahnkan masa depan mereka. Berdasarkan teori ini bahwa kebutuhan perempuan dalam membesarkan anak dengan bersatu dalam kelompok yang membetuk social merekam emosi dan fungsi kognisi.
4. Tekanan  Evolusi yang Disebabkan oleh Perbedaan Perbedaan Gender dalam Pewarisan Orang Tua.
Karena leluhur wanita menjalani masa kehamilan dan merawat tiap anaknya dalam kurun waktu yang lama, tingkat pewarisan orang tua kepada setiap anaknya tergolong tinggi karena wanita hanya dapat melahirkan sedikit anak, hal ini sangat penting karena setiap keturunan akan bertahan jika ibunya memiliki gen yang baik. Sebagai perbandingannya, satu-satunya kontribusi dalam bereproduksi adalah bahwa setiap wanita membutuhkan pria untuk dapat bersetubuh, karena dengan bersetubuh manusia dapat memaksimalkan peluang gen mereka dapat diteruskan.
Berdasarkan teori evolusi, para pria cenderung memilih wanita muda dan menarik karena wajah, bokong, dan dada merupakan karakteristik yang sangat diinginkan oleh pria serta mampu menambah kesehatan sistem reproduksi dan tingkat kesuburan. Faktanya, kesuburan tersembunyi dalam tubuh wanita dan berkontribusi pada tekanan evolusioner untuk kedua jenis kelamin. Walaupun seorang wanita selalu menyadari bahwa mereka adalah ibu dari setiap anaknya, para pria tidak bisa begitu yakin bahwa mereka adalah ayah dari setiap anaknya karena bisa saja pasangan mereka berhubungan seksual dengan pria lain dan dari hubungan tersebut sang wanita melahirkan seorang anak. Oleh karena itu, tingkat pewarisan para pria terhadap keturunannya lebih kecil dibandingkan wanita.

Para pencetus teori evolusi percaya bahwa ini adalah penyebab mengapa pria cenderung mengalami kecemburuan seksual dan pengekangan wanita agar pasangannya tidak memiliki anak dari pria lain, serta untuk memastikan bahwa mereka memiliki anak yang benar-benar mewarisi gen mereka.
5. Tekanan Evolusioner Dalam Memilih Pasangan
Karena wanita membatasi kemampuan mereka untuk mengumpulkan makanan dan kegiatan yang berat selama masa kehamilan dan perawatan anaknya, para wanita dan keturunannya akan memiliki kemungkinan besar untuk bertahan hidup jika mendapat bantuan dari pasangan mereka. Maka, wanita cenderung memilih pasangan yang memiliki keberanian, status sosial,  kemampuan  khusus, kecukupan finansial, serta memiliki karakteristik yang baik.
Berdasarkan pandangan ini, wanita akan memilih pasangan yang mampu membantu mereka dan keturunannya untuk dapat bertahan. Karena pada masa nenek moyang, para wanita bergantung pada para pria. Teori evolusi menyimpulkan bahwa inilah penyebab wanita kesal terhadap suatu pengkhianatan.
Kritikan Terhadap Teori Evolusi
Apa yang anda fikirkan tentang teori evolusi pada perbedaan gender? Beberapa orang mungkin menganggapnya benar. Sedangkan yang lainnya malah merasa bahwa itu adalah usaha para pria untuk mengungkapkan agresi dan kelalaian dalam merawat anak. Sebagai tambahan, ini sangat mengancam teori evolusioner yang menyiratkan pria dan wanita dibatasi dalam perbedaan gender oleh gennya.
Teori evolusi berbeda dari kebanyakan teori psikologis karena tidak dapat diuji dengan akurat, kita juga dapat mengatakan apa saja kejadian yang terjadi ribuan tahun lalu, tetapi kita tidak mampu untuk melakukan penelitian formal untuk menguji hipotesis yang ada. Maka, beberapa ahli psikologis percaya bahwa teori evolusi adalah pokok pemikiran yang lebih baik tentang kebiasaan manusia daripada sebagai teori yang dapat diuji. Sebagai tambahan, beberapa pendapat dari para pencetus teori evolusi dapat dibantah, mengapa wanita membentuk kelompok sebagai perlidungan dan mengarah kepada kemampuan bersosialisasi dan kooperatif sedangkan para pria membentuk kelompok untuk memburu binatang yang besar tapi tidak berpengaruh pada kemampuan sosial yang sama? Jika perbedaan gender dalam seksualitas diwariskan, mengapa ada perbedaan besarantar komunitas pria dan wanita? Ada banyak sangkalan mengenai kritikan-kritikan ini.
Teori Peran Sosial pada perbedaan Gender
            Teori alternative selain teori evolusioner adalah teori peran social pada perbedaan gender (Abele, 2003, bandura & bussey, 2004, bussey & bandura 1999, wood & eagly, 2002). Hipotesis dasarnya setiap kelas social dan peran social diciptakan untuk pria dan wanita, itu adalah sebuah dorongan yang menciptakan perbedaan psikologis gender. Perbedaan gender ini dibentuk melalui kesempatan, tantangan, pengalaman, dan tantangan yang menciptakan perbedaan sosial gender pria dan wanita yang disesuaikan dengan kebudayaan.
Sebenarnya, dua teori perbedaan gender sama halnya dengan teori evolusioner, teori perbedaan gender meyakini bahwa perbedaan gender biologis seseorang akan menciptakan tingkat perbedaan gender. Walaupun teori peran social menganggap perbedaan seks biologis menciptakan dorongan apa yang harus diperbuat berdasarkan gender kita di masa lampau, tetapi sekarang ini teori ini menekankan pada praktik sosial.
Claude Steel(1997) dari Stanford University menyatakan adanya pengaruh dari pengkhayatan akan peran social akan memengaruhi performa kognitif. Seperti halnya orang yang sukses di bidang akademisnya hanya ketika penghargaan menjadi pengkhayatan peran gender.
Empirical support untuk pendapat steele (1997) dimana melalui pengamatannya dia menyimpulkan performa dapat dimanipulasi. Kalichman (1989) menemukan bahwa kemampuan spasial pada gender pria lebih baik dari pada sex laki-laki (XY).

Kritik Terhadap Teori Peran Sosial
Teori peran social tidak menunjukkan signifikan si otak antara pria dan wanita. Perbedaan otak pria dan wanita seharusnya dapat termuat dalam teori peran sosial. Namun seperti yang kita ketahui bahwa otak adalah organ fleksibel yang berubah seiring dengan bertambahnya pengetahuan seseorang dari pengalaman yang ia dapat. Perbedaan fungsi dan struktur otak pria dan wanita mempengaruhi perbedaan penglaman mereka. Itulah mengapa perbedaan gender di otak adalah hasil perbedaan peran social dari peran-peran lainnya. Hal ini belum di bahas pada teori peran sosial.

No comments :

Post a Comment